Semarang-njeporo tetep musuh....!!!
Entah sebagai pemicu atau justru puncak dari perselisihan suporter PSIS-Persijap, namun kenangan di Stadion Kamal Junaidi 12 Maret 2006 akan sangat sulit dihilangkan. Aksi massa yang didukung oleh kondisi stadion yang kurang layak menajadikan hari itu terasa mencekam bagi kedua belah kubu suporter.
Hingga kini, permusuhan tersebut masih terasa kental. Saling ejek di dunia nyata, terseret pula ke dunia maya. Beragam forum yang menjadi pendukung salah satu klub, hampir pasti menjadi sasaran tembak bagi pendukung klub lawan. Segala sampah dan tulisan-tulisan buruk bernada menyerang, sudah jamak ditemui.
Melihat kondisi suporter Semarang-Jepara yang demikian panas, sudah barang tentu bentrokan besar jilid III cepat atau lambat pasti terjadi. Apalagi tipe masyarakat pesisir yang terkenal tempramen sangat mendominasi di kedua kota tersebut.
Bukan tidak ada pihak yang mencoba merukunkan kedua kubu suporter ini. Beragam cara sudah dicoba. Bahkan yang terakhir muncul wacana dari salah seorang pemimpin Semarang untuk memerger PSIS dan Persijap. Hal tersebut selain untuk mendamaikan suporter juga agar biaya operasional kedua klub menjadi lebih ringan. Namun hal seperti itu jelas-jelas ditolak oleh suporter yang telah nyata berseberangan secara prinsip.
Saya sendiri beranggapan, adalah lebih baik Semarang-Jepara tetap pada kondisi seperti ini. Saling menyimpan bara dendam. Saling menyerang di berbgai forum. Serta saling ejek saat bertemu. Saya beranggapan dengan begitulah atmosfer sepakbola di Jawa Tengah akan semakin menarik.
Dari permusuhan Semarang-Jepara itulah sebenarnya bisa muncul sesuatu yang bisa dipetik. Di belahan dunia lain pertandingan panas menjadi alat jualan utama dari sebuah liga sepakbola. Semua itu nanti kemabli pada kemampuan otoritas yang berwenang untuk mengelolanya. Partai PSIS-Persijap bisa memiliki nilai jual yang tinggi apabila para stakeholdernya mampu bersikap profesional. Aparat keamanan, kedua pemerintah daerah sampai dedengkot suporter harus mampu bertindak bijaksana agar kemungkinan buruk tidak terjadi.
Nah jika memang kedua kubu suporter tidak bisa disatukan, mengapa harus disatukan ? Yang mungkin kita maksimalkan mungkin adalah sistem dari keamanan laga tersebut. Bukankah sepakbola justru lebih menarik saat drama-drama di luar lapangan kemudian muncul ?
Hingga kini, permusuhan tersebut masih terasa kental. Saling ejek di dunia nyata, terseret pula ke dunia maya. Beragam forum yang menjadi pendukung salah satu klub, hampir pasti menjadi sasaran tembak bagi pendukung klub lawan. Segala sampah dan tulisan-tulisan buruk bernada menyerang, sudah jamak ditemui.
Melihat kondisi suporter Semarang-Jepara yang demikian panas, sudah barang tentu bentrokan besar jilid III cepat atau lambat pasti terjadi. Apalagi tipe masyarakat pesisir yang terkenal tempramen sangat mendominasi di kedua kota tersebut.
Bukan tidak ada pihak yang mencoba merukunkan kedua kubu suporter ini. Beragam cara sudah dicoba. Bahkan yang terakhir muncul wacana dari salah seorang pemimpin Semarang untuk memerger PSIS dan Persijap. Hal tersebut selain untuk mendamaikan suporter juga agar biaya operasional kedua klub menjadi lebih ringan. Namun hal seperti itu jelas-jelas ditolak oleh suporter yang telah nyata berseberangan secara prinsip.
Saya sendiri beranggapan, adalah lebih baik Semarang-Jepara tetap pada kondisi seperti ini. Saling menyimpan bara dendam. Saling menyerang di berbgai forum. Serta saling ejek saat bertemu. Saya beranggapan dengan begitulah atmosfer sepakbola di Jawa Tengah akan semakin menarik.
Dari permusuhan Semarang-Jepara itulah sebenarnya bisa muncul sesuatu yang bisa dipetik. Di belahan dunia lain pertandingan panas menjadi alat jualan utama dari sebuah liga sepakbola. Semua itu nanti kemabli pada kemampuan otoritas yang berwenang untuk mengelolanya. Partai PSIS-Persijap bisa memiliki nilai jual yang tinggi apabila para stakeholdernya mampu bersikap profesional. Aparat keamanan, kedua pemerintah daerah sampai dedengkot suporter harus mampu bertindak bijaksana agar kemungkinan buruk tidak terjadi.
Nah jika memang kedua kubu suporter tidak bisa disatukan, mengapa harus disatukan ? Yang mungkin kita maksimalkan mungkin adalah sistem dari keamanan laga tersebut. Bukankah sepakbola justru lebih menarik saat drama-drama di luar lapangan kemudian muncul ?
0 Responses to "Semarang-njeporo tetep musuh....!!!"
Leave A Comment :