EKSKLUSIF Kim Jeffrey Kurniawan: Saya Siap Jadi WNI

Posted by Suporter Cyber Garis Keras on 05.39

Nama Lengkap: Kim Jeffrey Kurniawan
Tempat Lahir: Mühlacker (sebuah kota kecil dekat Stuttgart)
Tanggal Lahir: 23 Maret 1990
Tinggi Badan: 167 cm
Berat Badan: 60 kg
Nama Ibu Kandung: Uschi Kurniawan
Nama Ayah Kandung: Petrus Kurniawan

PENGANTAR REDAKSI

Dia adalah Kim Jeffrey Kurniawan, pemain berusia 20 tahun yang saat ini memperkuat FC Heidelsheim, sebuah klub yang berkompetisi di Verbandsliga Nordbaden Jerman (satu level di bawah divisi 3 Bundesliga).

Memang, klubnya saat ini bukanlah raksasa seperti Bayern München. Tapi sebagai lulusan Karlsruher SC, setidaknya Kim merasakan betapa ketatnya persaingan di sebuah negara yang pernah tiga kali juara dunia.

Postur tubuhnya tak jauh beda dengan seorang Lionel Messi. Kim memegang paspor Jerman, karena sejak lahir ia terus berdomisili di negeri sang ibunda. Di sana, ia mungkin tak banyak mengenal tentang negara kelahiran ayahnya, terutama tentang sepakbola Indonesia. Maklum saja, Indonesia belum cukup berprestasi di kancah dunia untuk bisa dikenal banyak orang di Barat.

Meski demikian, sejarah kakeknya yang bernama Kwee Hong Sing akan selalu melekat di dalam hati Kim. Ternyata, sang kakek pernah membela Persija Jakarta dan juga tim nasional Indonesia di era 1950-an. Kala itu, Indonesia ditangani seorang pelatih asal Yugoslavia, Antun Pogacnik.

Di bawah asuhan Pogacnik, timnas lumayan bersinar. Beberapa hal yang perlu dicatat adalah kesuksesan Indonesia meraih medali perunggu Asian Games 1958, nyaris mengungguli Uni Soviet yang diperkuat Lev Yashin di Olimpiade 1956, menundukkan Cina di Kualifikasi Piala Dunia 1958, dan menjuarai Piala Merdeka 1961 dan 1962 di Malaysia. Selain itu, Kwee Hong Sing juga mencicipi beberapa gelar bersama Persija.

Apakah Kim ingin mengikuti jejak kakeknya? Bagaimana sikap Kim apabila dipanggil pelatih timnas Alfred Riedl? Simak sendiri petikan wawancara eksklusif pemimpin redaksi GOAL.com Bima Prameswara Said dengan Kim Jeffrey Kurniawan.

GOAL.com: Bisa Anda jelaskan sedikit tentang perjalanan karier Anda sejauh ini?

Kim Jeffrey Kurniawan (KJK): Saya mulai bermain di usia 5 tahun, di kampung saya yang bernama Knittlingen. Ayah saya melihat bakat saya dan membawa saya bermain di akademi sepakbola. Dari situ, seorang pelatih Karlsruher SC melihat saya dan bertanya apakah saya ingin bergabung dengan tim mereka. Jadi di usia 6 tahun saya bermain untuk Karlsruher SC, selalu di liga tertinggi. Pada dua tahun terakhir tingkat remaja, saya bermain di level remaja Bundesliga, melawan tim remaja lainnya seperti Bayern Munich, VFB Stuttgart, Mainz 05, Eintracht Frankfurt, 1899 Hoffenheim, SC Freiburg, dan lain-lain.

GOAL.com: Apa yang membuat Anda pindah dari Karlsruher SC U-19 ke Spvgg. FC 07 Heidelsheim?

KJK: Pada tahun terakhir tingkat remaja, saya mengalami cedera parah. Tulang rawan robek sehingga diperlukan operasi besar. Akibatnya, saya terpaksa istirahat selama enam bulan tanpa sepakbola. Ini merupakan masa yang paling sulit dalam kehidupan saya. Dan saya harus berlatih sangat keras, semuanya butuh waktu dan itulah sebabnya saya memutuskan untuk bermain sepakbola dalam sebuah tim yang bisa menerima saya sebagai bagian penting dari tim dengan tanggungjawab yang besar. Saya tidak pernah menyesali langkah ini, karena saya mampu masuk skuad inti, tak pernah absen lagi dan saya senang bermain dalam tim ini.

GOAL.com: FC Heidelsheim adalah klub Verbandsliga Nordbaden. Bagaimana tingkat sepakbolanya dalam liga itu? Bisakah Anda menjelaskan level persaingannya?

KJK: Pokoknya persaingan sangat menguras fisik di tingkat yang tinggi.

GOAL.com: Tim Anda meraih posisi ketiga di klasemen akhir. Apakah dengan prestasi seperti itu, tim Anda melangkah ke divisi 3 Bundesliga?

KJK: Sayangnya kami kalah 2-0 melawan tim yang berada di puncak klasemen, Neckarelz. Jadi kami tak bisa meraih peringkat pertama. Kami memenangkan pertandingan terakhir dengan skor 2-0 atas SV Waldhof Mannheim. Tapi musuh terdekat kami, FC Germania Friedrichstal bermain imbang 0-0. Karena mereka unggul dalam selisih gol, mereka mendapat peringkat kedua, dan kami di posisi tiga. Sayangnya, hanya dua tim teratas yang berhak melaju ke level berikutnya. Saya berharap musim depan kami meraih posisi puncak.

GOAL.com: Anda biasa bermain di lini tengah. Kadang-kadang di sayap kiri atau kanan. Tapi, posisi mana yang paling cocok buat Anda?

KJK: Ya, saya pemain yang fleksibel. Saya bisa bermain di posisi manapun kecuali penjaga gawang dan bek tengah [tersenyum]. Dalam tim saya, saat ini saya lebih banyak ditempatkan di posisi bek kiri, meskipun posisi standar buat saya adalah gelandang, dan favorit saya gelandang tengah. Tapi saya seorang team player jadi saya bermain di posisi yang paling bisa mendukung tim saya.

GOAL.com: Apakah Anda lebih suka menembak dengan kaki kiri atau kaki kanan?

KJK: Saya bisa menembak dengan kaki kiri maupun kanan. Di level remaja di Karlsruher SC, kami selalu diajarkan untuk terbiasa mengumpan dengan kaki kiri maupun kaki kanan.

GOAL.com: Kakek Anda, Kwee Hong Sing, pernah bermain untuk Persija maupun tim nasional Indonesia. Bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan sepakbola Anda?

KJK: Sepertinya saya mewarisi kualitas sepakbola kakek, dan saya sangat senang dengan hal ini. Sayangnya, tidak setiap tahun saya bisa bertemu kakek karena beliau tinggalnya di Indonesia, sedangkan saya di Jerman, tapi ketika kakek datang, kami bermain sepakbola bersama. Saya tak pernah menyaksikannya bermain bola karena saya masih terlalu muda, tapi ayah saya cerita kalau kakek adalah pemain yang hebat. Saya senang punya kakek yang pernah memperkuat tim nasional Indonesia.

GOAL.com: Anda saat ini memegang paspor Jerman. Apakah Anda akan mengubah kewarganegaraan Anda apabila dipanggil ke tim nasional Indonesia?

KJK: Ya, itu benar saya warganegara Jerman tapi kalau saya dipanggil untuk membela Indonesia, saya akan mengganti status kewarganegaraan saya menjadi warga negara Indonesia. Mungkin bisa memilih dua-duanya, paspor Jerman maupun Indonesia akan fantastis. Tapi saya tidak tahu tentang peraturannya. Saya pernah dengar pemerintah Indonesia tidak menginginkan dua kewarganegaraan tapi mungkin saja hal ini bisa menjadi pengecualian karena sepakbola jadi saya bisa memegang dua paspor.

GOAL.com: Mungkin suatu saat pelatih baru Indonesia Alfred Riedl ingin memantau Anda dari dekat, tapi Anda tidak dijamin sebuah tempat di dalam skuad timnas hanya karena Anda bermain di Jerman. Apakah Anda siap bersaing dan membuktikan kualitas Anda untuk meraih sebuah posisi di timnas Indonesia?

KJK: Saya pikir tidak adil jika dia menjamin saya sebuah tempat di tim nasional hanya karena saya bermain di Jerman. Lagi pula, saya tidak menginginkan hal seperti itu. Saya ingin pantas mendapatkannya. Itulah sebabnya saya ingin menunjukkan kemampuan saya dan kualitas yang saya miliki, dan tentunya kepada semua fans sepakbola Indonesia. Dan saya akan sangat senang untuk diberi kesempatan seperti ini untuk menunjukkan kemampuan saya dalam sebuah pertandingan di Indonesia. Saya bersedia diundang untuk bertanding di Indonesia.


GOAL.com: Bagaimana perasaan Anda jika Alfred Riedl menganggap Anda tidak memenuhi syarat untuk masuk timnas?

KJK: Tentunya saya akan kecewa kalau dia mengatakan saya tidak cukup bagus tapi saya pikir saya masih muda dan masih ada kesempatan lagi untuk berkembang. Saya berlatih setiap hari dan usia 20 tahun saya pikir mungkin belum waktu yang terbaik. Mungkin saya bisa bertambah baik sehingga dia dapat mengubah persepsinya. Tentunya saya akan berjuang keras demi mencapai impian bermain dalam tim nasional Indonesia.

GOAL.com: Seberapa banyak yang Anda tahu tentang sepakbola Indonesia saat ini?

KJK: Jujur saja, saya tidak tahu banyak tentang sepakbola Indonesia, tapi saya dengar dari banyak pendapat orang bahwa sepakbola di Indonesia tidak sukses. Menurut saya, Indonesia adalah negara yang indah, saya mencintainya, tapi saya pikir sepakbolanya harus lebih sukses. Alangkah baiknya untuk melihat Indonesia juara dunia. Saya pikir ada potensi besar dan akan menjadi suatu kehormatan bagi saya untuk membantu.

GOAL.com: Sepanjang musim ini, Anda mencetak dua gol. Bisa dijelaskan bagaimana Anda menciptakan dua gol itu?

KJK: Ya, betul. Saya mencetak dua gol. Gol pertama tercipta dalam pertandingan melawan FC Germania Friedrichstal. Saya mendapat bola 30 meter dari gawang. Saya tidak melihat rekan tim yang kosong, jadi saya menggiring bola sendiri, mengecoh tiga pemain lawan dan menembak bola di atas kiper dan terjadilah sebuah gol. Sedangkan gol kedua terjadi melawan SV Waldhof Mannheim. Saya mendapat umpan dari seorang rekan, mengontrol bola dengan dada, 20 meter di hadapan gawang, mengecoh pemain lawan dan melepaskan tendangan voli dan gol.

GOAL.com: Apakah Anda siap untuk tinggal di Indonesia pada masa mendatang?

KJK: Tentu saja, saya selalu bermimpi untuk tinggal di Indonesia. Rencana saya adalah menyelesaikan studi di Jerman, yang akan berakhir tiga tahun lagi, dan apabila memungkinkan saya ingin bermain sepakbola di Indonesia. Saya akan mempertimbangkan untuk pindah ke Indonesia.


TAHUKAH ANDA?

  • Neneknya Kim berasal dari Bandung, sedangkan kakeknya dari Kudus.
  • Klub favorit Kim adalah FC Barcelona dan Bayern Munich.

  • "Di luar negeri, favorit saya adalah FC Barcelona, karena menurut saya, mereka memainkan sepakbola terbaik di seluruh dunia. Saya suka cara mereka bermain, dengan menerapkan umpan-umpan pendek dengan teknik tingkat tinggi. Kemudian klub favorit saya di Jerman adalah Bayern Munich."
  • Pemain favorit Kim adalah Xavi Hernandez, Cesc Fabregas dan Lionel Messi.

  • "Mereka semua adalah pemain dengan teknik tinggi, mempunyai visi dan mampu mengendalikan pertandingan. Selain itu, cara mereka mengolah bola dan mengumpan sangat cemerlang, dan mereka juga bagus secara defensif [Xavi dan Fabregas]."
  • Makanan favorit Kim adalah salad dengan campuran dada ayam.

  • "Sedangkan makanan favorit saya dari Indonesia adalah bakmi goreng." [tersenyum]
  • Selain sepakbola, Kim sedang mengambil kuliah jurusan bisnis di Pforzheim.

  • "Ini akan menghabiskan waktu tiga tahun lagi dan saya akan mendapatkan ijazah. Selain itu, saya senang bergaul dengan teman-teman saya dan juga mencintai musik. Favorit saya adalah musik aliran R&B dan soul."
  • Kim sudah ke Indonesia sebanyak tiga kali (tahun 2001, 2007, dan 2009).

  • "Semua saudara dari ayah tinggalnya di Indonesia, jadi kami sering mengunjungi mereka. Selain itu, kami berlibur ke Bali yang menurut saya adalah tempat terindah di dunia. Terdapat beberapa pengalaman penting di sana, karena kehidupan di Jerman sangat berbeda dengan gaya hidup di Indonesia. Semua orang sangat baik dan bersahabat di Indonesia, dan hal seperti ini sangat menyenangkan.
  • Bersama Karlsruher SC, Kim pernah mencicipi gelar Sauerland Cup, sebuah kejuaraan handball di Jerman.

Cedera Konyol Para Pemain Bola

Posted by Suporter Cyber Garis Keras on 05.14

Cedera memang bisa datang kapan saja, tak kenal tempat dan waktu. Untuk para atlet seperti para pemain sepak bola, cedera umumnya dialami di kala bertanding di atas lapangan.

Adalah hal yang tidak lazim jika cedera mereka - terutama jika itu sampai menghambat mereka untuk bermain - terjadi di luar lapangan, apa lagi jika hal itu disebabkan tingkah konyol mereka sendiri.

Yang terbaru: kiper Aberdeen, James Langfeld menumpahkan air mendidih di atas kakinya kala membuat kopi dalam bis tim - cedera yang membuatnya bakal absen membela klub untuk dua atau tiga pekan ke depan.

Berikut kumpulan peristiwa konyol yang pernah menyebabkan para pemain sepak bola mengalami cedera:


Kirk Broadfoot
Bek Glasgow Rangers ini menderita luka bakar yang membutuhkan penanganan rumah sakit. Penyebabnya: telur! Broadfoot tengah memeriksa dua butir telur yang ia masukkan ke dalam microwave ketika salah satunya pecah dan menyemprotkan air panas ke wajahnya.


Richard Wright
Kiper Everton ini gagal memperkuat timnya di pertandingan ulangan babak keempat Piala FA melawan Chelsea ketika ia mengabaikan peringatan agar tak berlatih di mulut gawang dan akhirnya ia pun terjatuh. Akibat yang diterima: engkelnya terkilir!


Rio Ferdinand
Semasa berkiprah di Leeds United, bek timnas Inggris ini pernah menderita kejang lutut setelah ia menonton televisi sembari meletakkan kakinya terlalu lama di atas coffee table.


Dave Beasant
Mantan kiper Wimbledon ini harus absen selama dua bulan di tahun 1993 silam setelah ia menjatuhkan sebotol krim salad di atas kakinya. Insiden itu melukai otot tendon di ibu jari kakinya.


Santiago Canizares
Kiper yang pernah memperkuat timnas Spanyol ini terpaksa melewatkan putaran final Piala Dunia 2002 setelah ia secara tak sengaja memecahkan sebotol aftershave di kamar mandi hotel. Keping pecahan botol tersebut jatuh di kakinya dan melukai otot tendon ibu jari kaki.


Michael Stensgaard
Penjaga gawang Denmark ini dipaksa pensiun lebih dini karena mengalami cedera pada bahunya setelah ia mencoba sebuah melipat papan setrika.


Liam Lawrence
Gelandang Stoke City terjatuh dari tangga dan menderita cedera pada engkelnya setelah ia tersandung anjingnya sendiri.


Robbie Keane
Penyerang Tottenham Hotspur asal Republik Irlandia ini pernah mengalami kerusakan pada tulang rawan lututnya setelah ia mengulurkan kaki untuk mengambil remote control televisi kala masih membela Wolverhampton Wanderers di tahun 1998.


David Seaman
Mantan kiper legendaris Arsenal ini menderita kejang otot punggung ketika ia mencoba merekam acara opera sabun di televisi Inggris, Coronation Street.


David Batty
Mantan gelandang timnas Inggris ini mengalami cedera pada otot tendon achilles ketika sang putra melindas kakinya dengan sepeda roda tiga.

"Ini Sepakbola Indonesia, Bung"

Posted by Suporter Cyber Garis Keras on 06.45

Kejadian unik pada laga puncak Piala Indonesia di Stadion Manahan Solo Minggu malam lalu, mau tidak mau memunculkan kontroversi. Penyebabnya adalah pada saat Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jendral Alex Bambang Riatmodjo menilai wasit terbaik Indonesia Jimmy Napitupulu gagal menjalankan tugasnya dengan adil, sehingga untuk menjaga keamanan, Sang Pengadil harus diganti.

Banyak pihak telah mengungkapkan pendapat terkait kejadian yang dapat dimaknai sebagai 'intervention rules of game' sepakbola itu. Termasuk diantaranya pertimbangan dari Alex Bambang dan PSSI, serta beberapa pihak yang terkait dengan pertandingan yang berakhir antiklimaks tersebut.

Lalu bagaimana pendapat arus bawah, masyarakat pecinta sepak bola Indonesia? Dari detik forum dikutip beberapa pendapat terkait kejadian di Manahan malam itu. Ada yang serius, ada pula yang mengomentari secara sinis bahkan lucu. Yang jelas tulisan ini bukan dimaksud untuk mengarahkan tudingan ke salah satu pihak saja, karena keruwetan sepak bola Indonesia telah lama menjelma benang kusut sehingga susah harus diurai dari mana.

Salah satu pencinta sepak bola menulis, "Yaaah,... cermin sepak bola Indonesia yang lebay, prestasi nol tapi banyak gaya, banyak pihak ikut campur. Banyak kepentingan, banyak aturan dan banyak juga yang dilanggar banyak pendukungnya, tapi gak ngerti apa tujuan nonton bola. Mau melegalkan aksi anarkis kali. Banyak fasilitas sepakbola tapi kualitas nol besar. Jaya terus Jimmy Napitupulu."

Lalu seorang yang lain menulis, "PARAH!!! Inilah wajah persepakbolaan negeri kita yang amburadul. Polisi bisa ganti wasit. Pemain tawuran, fansnya juga tawuran. Memalukan..."

Selain mengomentari kekacauan sepak bola Indonesia, Alex Bambang banyak mendapat sorotan masyarakat yang menulis komentar. Bahkan sambil bercanda beberapa diantaranya menduga Kapolda Jateng itu sebagai Aremania (pendukung Arema).

Diantaranya, "Sampai Irjen (Pol) Alex Bambang T meminta wasit Jimmy Napitulu diganti, padahal sepanjang babak pertama Jimmy telah menjalankan tugas dengan baik. Kalau masalah pemberian kartu merah, sepertinya Pak Alex Aremania, mesti tau mana sepakbola, mana kungfu, kecuali di film yang pernah menyatukan kungfu dengan sepakbola." Lalu ada lagi, "Kapoldanya pendukung Arema nih tampaknya...."

Komentator yang lain mengaku heran dengan kondisi di pertandingan Solo. "Sungguh sangat mengherankan." Komentar tersebut lantas mendapat jawaban penulis lainnya, "Apanya yang harus diherankan? Ini sepakbola Indonesia, Bung."

Semua komentar tersebut sebenarnya menjadi tamparan buat PSSI karena polisi sudah jenuh dan tidak percaya kepada PSSI dalam menangani pertandingan nasional. Kalau PSSI gak berubah akan muncul Alex-alex berikutnya, bahkan bisa jadi suporter sendiri yang nantinya akan mengintervensi pertandingan bola.

Apapun komentar yang telah diungkapkan masyarakat, inilah suara hati yang mungkin mewakili banyak suara arus bawah yang selama ini seperti terabaikan. Sebagai bentuk kecintaan mereka kepada sepakbola Indonesia, seperti yang pernah diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kalau tidak ada langkah konkret, sampai lebaran kuda, kita punya sepakbola akan begini terus," ujar Presiden beberapa waktu lalu.

CATATAN Nasional: PSSI Dan Persebaya Setali Tiga Uang

Posted by Suporter Cyber Garis Keras on 06.04

“Sepandai-pandainya Tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga”. Begitulah pepatah lawas yang tepat bagi Persebaya Surabaya, terkait dengan masalah kewajiban memainkan tanding ulang kontra Persik Kediri yang dihadapi saat ini.

Hal itu setelah PT Liga Indonesia (Liga) akhirnya menetapkan jadwal tanding ulang yang merupakan lanjutan pertandingan putaran kedua Superliga 2009/10, yang selama ini menjadi kontroversi dan sempat dilanda ketidakpastian waktu maupun tempat.

Oleh badan bentukan PSSI selaku pelaksana regulasi kompetisi sepakbola non amatir di tanah air, kedua tim penghuni papan bawah yang sedang berupaya lolos dari jeratan degradasi musim ini dijadwalkan melakoni laga tersebut di Stadion Brawijaya, Kediri, Kamis (5/8) mendatang.

Polemik berkepanjangan terhadap nasib kedua tim, terutama Persebaya, tampaknya akan segera berakhir. Tim berjuluk "Bajul Ijo" pun akan segera memastikan posisinya, apakah masih bisa tampil di kompetisi kasta tertinggi sepakbola nasional musim ini, atau turun kasta

Jika melihat apa yang diputuskan komisi disiplin [Komdis] dan komisi banding [Komding], jelas kita akan mengerutkan dahi. Bagaimana tidak, dua komisi hukum PSSI itu silang pendapat terkait kasus laga yang gagal dimainkan akibat terkendala dengan perizinan.

Semula, Komdis memutuskan kemenangan walk over [WO] bagi Persebaya, karena Persik yang bertindak sebagai tuan rumah dipastikan gagal menggelar pertandingan. Hal yang sama diberikan kepada Persija Jakarta, yang juga gagal menggelar pertandingan kontra Persiwa Wamena, dengan kasus yang sama.

Tapi belakangan, Komding selaku komisi hukum tertinggi, menganulir putusan Komdis, dengan membatalkan kemenangan WO tersebut dan mewajibkan kedua tim untuk tetap memainkan laga tersebut. Padahal, dalam amar putusan Komdis sudah dijelaskan, jika putusan tersebut tidak bisa dibanding.

Namun PSSI lagi-lagi melakukan inkonsistensi dengan tetap mengetok palu, sehingga kedua tim yang sedang berjuang untuk lolos dari jeratan degradasi ini harus kembali memainkan laga itu. Aneh, tapi itulah sepak terjang otoritas sepakbola nasional dalam menjalankan roda organisasi yang terus diwarnai keputusan kontroversi.

Bagaimana dengan Persebaya, sesuai catatan, selain masalah ulah tidak terpuji oknum suporter fanatiknya yang biasa disapa Bonek alias Bondo Nekat yang diartikan dengan modal nekat, perjalanan Persebaya juga selalu diwarnai kontroversi dalam menapaki kompetisi sepakbola nasional.

Saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada 1988 misalnya, tim yang berdiri 18 April 1927 ini pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah 'sepakbola gajah', karena mengalah kepada Persipura Jayapura 12-0. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan rival berat mereka kala itu PSIS Semarang. Taktik ini membawa hasil, dan Persebaya sukses menjadi juara.

Pada kompetisi Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang yang berujung pada skorsing pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I.

Tidak cukup sampai di situ, ulah tidak terpuji tim kebanggaan warga Kota Surabaya ini berlanjut tiga tahun kemudian, atau tepatnya pada musim kompetisi 2005 saat menggemparkan publik sepakbola nasional, setelah memutuskan untuk mundur dari babak delapan besar divisi utama.

Lagi-lagi, PSIS Semarang yang menjadi korban karena harus gigit jari bersama PSM, karena keduanya gagal untuk lolos ke babak final.

Akibat dari keputusan mundur tersebut membuat Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun belakangan skorsing akhirnya direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

Dari rangkaian perjalanan Persebaya tersebut, siapakah yang harus disalahkan terkait dengan keputusan kontroversi PSSI yang mewajibkan mereka memainkan laga ulang kontra Persik? Tidak bijak memang jika kita menyalahkan satu pihak.

Sebab, carut marutnya sepakbola nasional yang berimbas pada merosotnya prestasi timnas, bukan pekerjaan bagi PSSI semata. Peran dari klub dan semua pelaku sepakbola nasional untuk melakukan perbaikan sangat besar, sekiranya ingin memperbaiki tatanan sepakbola di tanah air.

Maklum saja karena PSSI tidak akan ada artinya, jika saja tidak mendapat dukungan dari seluruh stakeholder sepakbola nasional.